Bulan Ramadhan tahun ini menjadi bulan ramadhan pertama bagiku menjalankannya sendiri dan di kota orang lain. Ya..puasa kali ini aku jauh dari orang tua, meskipun banyak sekali yang berkata bahwa jarak antara Jakarta – Bogor itu dekat. Yaaa..jika dihitung dengan jarak memang dekat, hanya butuh waktu 2 jam dari jakarta untuk sampai ke Bogor. Tapi bukan hal itu yang aku rasakan, lebih kepada rasa hampa, sepi dan kosong. Entah kenapa..sejujurnya aku selalu merasa ingin cepat pulang kerumah. Setiap Senin Pagi, saat kaki baru melangkah keluar dari pintu rumah dan setelah bayangan mama tak kulihat lagi, saat itu pula kerinduan ini membuncah kembali. Tapi aku harus kuat, aku harus menjalankan hidup sesuai dengan kenyataan.
Tiada henti aku mengucap syukur
atas nikmat hidup yang Allah berikan sehingga sampai detik ini aku masih bisa
bernafas menghirup udara segar dunia dan bertemu dengan segala isinya. Nikmat
hidup, nikmat sehat, nikmat rejeki yang Engkau berikan membuatku merasa
beruntung, beruntung dilahirkan dari rahim seorang mama yang begitu luar biasa,
beruntung karena telah dididik oleh Bapak yang menerapkan nilai-nilai Agama,
beruntung karena telah dibesarkan di lingkungan yang sederhana, beruntung
karena dipertemukan dengan teman-temang yang begitu istimewa. Alhamdulillah Kau
berikanku kehidupan yang luar biasa dengan segala macam pembelajaran di
dalamnya.
Ramadhan tahun ini, menjadi
ramadhan ke-4 bagiku menyandang status sebagai anak kos. Ketika menjalankan
puasa dua tahun yang lalu, aku masih menjadi seorang mahasiswi yang tugas
utamanya adalah belajar, belajar dan belajar, meskipun sebenarnya banyak
hal-hal menggembirakan lain yang lebih ingin ku kejar dibanding harus bersusah
payah memahami suatu teori. Dikelilngi oleh orang-orang tersayang saat itu
membuat semua kesulitan menjadi mudah, kehampaan menjadi keceriaan, kesepian
menjadi keramaian dan semua kebahagiaan seakan telah kugenggam pada saat itu.
Ramadhan satu tahun lalu dan
tahun ini, aku jalani sambil bekerja dan tentunya masih menjadi anak kos.
Sebagai seorang karyawan tentu sudah tidak pantas lagi mengharapkan libur di
awal Ramadhan karena semua menyangkut pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Sebagai
seorang karyawan tentunya menghabiskan waktu delapan jam sehari demi pekerjaan
itu sudah merupakan harga mati, beda halnya ketika itu semua dijalankan ketika
sedang menjalankan puasa. Rasanya ada perasaan sedih, sedih karena tidak bisa
menjalankan puasa dengan sempurna seperti, membaca Al-Qur’an dengan
pemahamannya, Sholat Sunah, Sholat Tarawih, dan kebaikan-kebaikan lain yang
tentunya akan dilipatgandakan pahalanya jika semua itu dijalankan. Pekerjaan
memang merupakan tanggungjawab yang perlu dijalankan, namun menjalankan puasa
dan segala kebaikannya merupakan hal yang akan kita pertanggungjawabkan di
hadapan ALLAH nanti. Untuk itu ingin rasanya puasa ini dijalankan di rumah
sambil khusyuk menjalankan ibadah lain, shalat berjamaah dengan keluarga,
mengaji untuk mencapai target khatam Al-Qur’an selama ramadhan, memperbanyak
dzikir dan do’a setelah shalat, tapi puasa kali ini tidak dapat kujalankan
dengan sempurna. Kenapa begitu? Tentunya banyak dari kita yang sudah paham
betul kondisi Kota Jakarta, Kota Metropolitan dengan segala kerumitannya.
Populasi penduduk yang padat, perkantoran yang menjamur, alat transportasi yang
membludak menjadi salah satu penyebab dari kemacetan yang setiap harinya aku
dan kita semua rasakan. Meskipun pihak perusahaan sudah memberikan toleransi
selama bulan ramadhan untuk dapat pulang satu jam lebih awal dari biasanya,
namun jika kita tidak pandai mengatur strategi, kita bisa terjebak dalam
kemacetan yang berjam-jam dan akhirnya peluang untuk shalat tarawih berjamaah
pun terlewatkan. Agama Islam memang tidak pernah memberatkan umatnya dalam
beribadah, shalat tarawih pun bisa dilakukan sendiri jika memang tidak sempat
dilakukan secara berjama’ah tapi menurutku pahala dan kenikmatannya berbeda. Itulah
yang aku alami, namun aku tetap berusaha menjalankan puasa dengan sempurna dan
semoga Allah menerima puasa dan amal ibadahku dan kita semua selama bulan suci
yang penuh berkah ini. Aamiin ..
Satu hal lagi, bagi seorang
karyawan Hari Jum’at adalah hari yang paling ditunggu-tunggu karena selama dua
hari kedepan (Sabtu dan Minggu) akan terbebas dari hal-hal yang menyangkut
dengan pekerjaan. Selain itu hal yang paling membahagiakan adalah pulang ke
kampung halaman, bertemu dengan keluarga, menjalankan puasa bersama, buka puasa
dan sahur bersama. Jum’at cepatlah datang .. :)